Info
|
Profil G+ Profil Facebook Profil twitter
Home » » Punahnya Pusat Peradaban Arab Kuno dan Islam

Punahnya Pusat Peradaban Arab Kuno dan Islam

Written By xxxxx on Senin, 24 Juni 2013 | 09.01

Punahnya Pusat Peradaban Arab Kuno dan Islam, Indonesia Islam, Islami, Sejarah islam, islam agamaku, tentang islam, hukum islam, solawatan, download solawatan
Punahnya Pusat Peradaban Arab Kuno dan Islam
Punahnya Pusat Peradaban Arab Kuno dan Islam [Indonesiku Islam]

Kawasan Suriah telah eksis sejak era sebelum Masehi.

Suriah selalu memiliki pesona dari waktu ke waktu. Banyak peradaban yang tumbuh di negeri tersebut sejak masa Arab Kuno Tadmur hingga peradaban Islam dengan menjadi ibu kota kekhalifahan Umayyah. Tapi, “The Craddle of Civilization” tampaknya tak layak lagi di sandang Suriah. Perang saudara sejak awal 2011 lalu membuat negeri peradaban ini luluh lantak.

If paradise be on earth, it is without a doubt, Damascus, but if it be in heaven, Damascus is its counterpart on earth,” demikian ucapan seorang musafir Muslim Ibn Jubair menggambarkan betapa indahnya Damaskus, ibu kota Suriah. Surga tentu identik dengan keindahan. Sementara, Ibn Jubair memilih Damaskus sebagai kota surga dunia karena begitu eloknya kawasan tersebut.

Betapa banyak peradaban yang pernah tertoreh di kawasan tersebut. Damaskus hanyalah sebagian kawasan Suriah yang paling mencolok keindahannya. Tapi, secara umum Suriah memang memiliki banyak peninggalan peradaban yang mempercantik negeri yang dahulu bernama Syam. Beragam peradaban pernah menapakkan jejak di sana, dari peradaban Arab kuno, Romawi, Persia, hingga peradaban Islam.

Kawasan Suriah telah eksis sejak era sebelum Masehi. Kala itu, negeri ini bukanlah pusat munculnya peradaban dunia. Suriah hanyalah kawasan padang pasir yang hanya dilalui beberapa sungai. Sementara, peradaban manusia biasanya muncul di kawasan subur yang dialiri sungai besar. Tapi, lokasi Suriah yang strategis membuatnya tak bisa luput dari catatan sejarah kuno. Pada masa awal perkembangan peradaban bangsa, kita mengenal Mesopotamia di Irak dengan sungai Tigris dan Eufrat, serta peradaban Firaun di Mesir dengan Sungai Nil.

Dua peradaban besar dunia ini berlokasi di kanan kiri Suriah. Alhasil, kawasan Suriah menjadi jalan penghubung dua peradaban kuno tersebut. Maka, kawasan padang pasir itu pun serta merta menjadi pusat perdagangan internasional. Para pedagang dari Mesopotamia ke Mesir dan sebaliknya selalu melewati kawasan Suriah. Jadilah, Suriah bersama Mesopotamia dan Mesir disebut sebagai kawasan “timur dekat kuno” atau kawasan “bulan sabit subur” yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya kawasan Timur Tengah yang sekarang.

Tadmur

Sejak abad kesepuluh sebelum Masehi, terdapat sebuah kota di kawasan Suriah yang terkenal dalam sejarah Arab Kuno, yakni Kota Tadmur. Kota ini pun disebut dalam Taurat karena Nabi Sulaiman pernah membangunnya menjadi kota perniagaan yang amat maju. Menurut Prof Dr Mukhtar Yahya dalam bukunya Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama Isla, Kota Tadmur menjadi pusat perniagaan yang amat penting karena lokasinya yang sangat strategis.

Inilah tempat pertemuan perdagangan dari Timur ke Barat dan dari Selatan ke Utara. Posisi sebagai pusat perdagangan ini terus diemban Tadmur ketika dua kekuasaan besar berkuasa, yakni Romawi dan Persia. “Ahli sejarah menjuluki kota ini dengan sebutan mutiara padang pasir. Rasanya, tidaklah jauh dari kebenaran bila mereka memberi nama julukan demikian,” ujar Mukhtar Yahya.

Adapun lokasi Tadmur, menurut Yahya, berada di Gurun Pasir Suriah, sekitar 200 kilometer sebelah Timur Damaskus. Saat era kerajaan Bani Israil, kota ini menjadi benteng pertahanan mereka untuk melindungi dari serangan bangsa nomad. Adapun bangsa Barat menamai Kota Tadmur ini dengan julukan Palmyra yang dalam bahasa Yunani berarti kota pohon palem. Reruntuhan kota tersebut masih dapat disaksikan hingga kini bahkan menjadi kawasan kuno yang dilindungi badan PBB untuk urusan pendidikan dan kebudayaan atau UNESCO.

Pasca-Tadmur, pada abad keempat sebelum Masehi, sempat muncul bangsa Nabath atau Nabatia yang mengambil alih fungsi kota perdagangan dari Kota Tadmur yang telah hancur. Bangsa ini menetap di bagian selatan Suriah dan membangun kerajaan Arab Kuno yang besar. Wilayah kekuasaannya tak hanya di Suriah, tapi mencapai kawasan Hijaz Utara, termasuk Gaza Palestina dan Yordania. Merekalah yang membangun Kota Petra di Yordania yang peninggalannya sangat terkenal hingga kini.

Namun, baik Tadmur maupun Nabath, tak kuasa menghadapi Romawi. Kawasan Suriah pun berada di bawah kekuasaan Romawi hingga pembukaan Islam di masa kekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Pada masa kedatangan Islam, Suriah yang saat itu disebut sebagai Negeri Syam masih terkenal sebagai kawasan perdagangan. Nama Syam mengacu pada salah satu nama putra Nuh yang selamat dari musibah banjir besar, Sam. Dari Sam, lahir Bangsa Semit yang melahirkan agama Ibrahimiyyah, yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam. Syam kala itu tak hanya Suriah, tapi juga Palestina, Lebanon, dan Yordania. Adapun Rasulullah beberapa kali berkunjung ke Suriah, bahkan sebelum diangkat Allah sebagai seorang Rasul. Dia berkunjung ke sana untuk melakukan perdagangan.

Suriah merupakan negeri pertama yang dibuka kaum Muslimin. Ini terjadi sekitar 630 Masehi saat kekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq. Di bawah panji pemimpin Khalid bin Walid, pasukan Muslimin mengalahkan Romawi Timur atau Byzantium. Suriah pun menjadi negeri Muslim. Islamnya Suriah membawa banyak keuntungan bagi perkembangan Islam. Menurut Phillip K Hitti dalam History of the Arabs, dakwah Islam semakin meluas setelah pembukaan Suriah. Pembukaan yang cepat dan mudah pada wilayah yang strategis tersebut telah menaikkan citra Islam di mata dunia.

Dari Suriah, Muslimin membanjiri Mesir, kemudian bergerak membuka seluruh kawasan Afrika Utara. Dari Suriah, wilayah Muslimin semakin meluas dan kuat. “Kekuasaan Islam semakin meluas kurang dari seratus tahun setelah Nabi wafat,” kata Hitti.

Suriah pun memulai era peradaban Islam. Banyak masjid dibangun di negeri tersebut. Puncak peradaban terjadi ketika era Dinasti Umayyah. Khalifah pertama, Muawiyyah memindahkan ibu kota pemerintahan Muslimin dari Madinah ke Damaskus di Suriah. Alhasil, Suriah menjadi negeri dengan perkembangan Islam yang sangat pesat sekaligus menjadi pusat peradaban Islam kala itu. Banyak peninggalan Umayyah di Suriah, termasuk bidang arsitektur. Salah satunya, Masjid Umayyah atau Umami.
(Republika)
Share this post :

Posting Komentar