Saat Perempuan Suriah Berkisah |
Namun alih-alih melindungi, para prajurit pemberontak itu justru kadang kerap berlaku sebagai preman.Tak jarang mereka merampas harta para pengungsi begitu saja. Kalaupun tak ada harta, , maka anak-anak gadis para pengungsi pun tak lepas dari incaran nafsu biadab mereka. Laiknya ibu di seluruh dunia, Majidah berusaha menjaga putri-putrinya dari jangkauan para penyerang dan pemerkosa itu Kondisinya sebagai seorang perempuan menjadikan ia memiliki keterbatasan untuk bisa secara maksimal memberikan perlindungan. Akhirnya, secara terpaksa ia menikahkan salah satu anaknya dengan seorang syeikh kaya dari negara-negara Arab Teluk Persia yang sudah sangat tua usianya
"Kami tidak memiliki cara yang lebih baik lagi selain berharap dapat menyewa rumah di pinggiran kota Amman, Yordania, ketika menikahkan salah satu anak saya kepada syeikh tersebut,"ujarnya seperti dilansir dalam El Pais, sebuah Koran yang terbit di Spanyol.
Majidah mengungkapkan "pilihan pahit" yang dilaukannya itu tercetus saat seorang perempuan bernama Ummu Ziyad meyakinkannya bahwa jika anaknya yang cantik dan muda itu dapat dinikahi seorang syeikh berusia 70 tahun, maka dia akan menerima mahar sebesar 300 USD. Bukan hanya itu, ia dan dia keluarganya pun dapat tinggal dengan putrinya di sebuah rumah di Amman. Menurut Ummu Ziyad, usia pernikahan tersebut tidak akan berusia panjang dan biasanya setelah dua bulan putrinya akan dicerai melalui telepon. Setelah itu, Majidah dapat menikahkan kembali putrinya dengan syeikh lain.
Beberapa waktu yang lalu, El Pais menurunkan laporan mengenai nasib para gadis dan perempuan pengungsi Suriah yang menjadi korban budak seks para syeikh kaya Arab. Rupanya, negara-negara Arab di sekitar Teluk Persia bukan saja hanya mendukung perang dan instabilitas di Suriah, tapi juga kalangan kaya di negara-negara tersebut juga memanfaatkan penderitaan yang sedang dialami oleh para gadis Suriah berusia 12 hingga 16 tahun di kamp-kamp pengungsian.
"Para gadis Suriah di kamp-kamp pengungsian diperjual-belikan… Perang membuat para konglomerat dengan mudah menginjak-injak nilai-nilai kemanusiaan… Kehadiran uang-uang Arab berwarna kelam seperti minyak, tidak ada yang mampu menaklukkan nafsu mereka untuk menistakan para kaum perempuan Suriah di kamp-kamp pengungsian," demikian penuturan El Pais.
Menurut laporan salah seorang reporter koran tersebut, penyerangan, penculikan dan pemerkosaan di kamp-kamp pengungsian warga Suriah itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Seolah tak ada berita tanpa pemerkosaan gadis Suriah. Tak ada jalan keluar yang pasti untuk kondisi tersebut, selain menikahkan anak-anak gadis mereka dengan para syeikh kaya. Ya, lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. (hendijo/Islam Indonesia/Alalam/El Pais/IRIB)
Posting Komentar