Info
|
Profil G+ Profil Facebook Profil twitter
Home » » Enam Tanda Sehatnya Hati

Enam Tanda Sehatnya Hati

Written By xxxxx on Senin, 20 Mei 2013 | 07.49

Enam Tanda Sehatnya Hati [Indonesiaku Islam] - Hati ibarat raja sedangkan anggota tubuh yang lain adalah prajurtinya. Tidak ada raja yang tunduk dan patuh kepada perintah prajurit. Seorang raja yang baik akan memerintahkan kebaikan kepada prajuritnya. Sehingga terciptalah sebuah negeri yang aman sentosa dan penuh kebaikan.
Enam Tanda Sehatnya Hati, Indonesia Islam, Islami, Sejarah islam, islam agamaku, tentang islam, hukum islam, solawatan, download solawatan
Enam Tanda Sehatnya Hati
Demikianlah hati, semua yang dilakukan oleh anggota tubuhnya akan menjadi baik manakala hati itu baik, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging. Apabila ia (segumpal daging) tersebut baik, baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila ia rusak (buruk) maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhori).
Para ulama membagi hati menjadi 3. pertama, hati yang sehat yaitu hati yang selamat dari kemusyrikan, syahwat, bid’ah dan subhat. Kedua, hati yang sakit yaitu hati yang cinta dan beribadah kepada Allah namun di lain waktu ia juga cinta kepada dunia dan melakukan ma’siat. Ketiga, hati yang mati yaitu hati yang tidak mengenal Allah apalagi beribadah kepada-Nya.

Baik hati yang sehat, yang sakit maupun yang mati memiliki tanda masing-masing. Sehingga dengan tanda-tanda itu kita bisa introspeksi diri, dimanakah posisi hati kita sekarang?. Dan pada kesempatan ini akan dijelaskan beberapa tanda hati yang sehat.

Pertama, Banyak berdzikir. Berdzkiri adalah amalan lisan, belum bisa dikatakan berdzikir jika hanya mengingat Allah dalam hati saja. Ada banyak dalil yang menunjukkan bahwasannya dzikir harus diucapkan dengan lisan. Orang-orang yang sehat hatinya tidak pernah merasa bosan dengan kegiatan yang satu ini, sehingga Utsman bin Affan r.a pernah berkata “Seandainya hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah bosan membaca Al-Qur’an. Sungguh, aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari yang di situ aku tidak melihat mushaf (Al-Qur’an).

Kedua, Kikir terhadap waktu. Orang yang sehat hatinya begitu pelit terhadap waktu. Ia tidak akan pernah rela waktunya terbuang begitu saja tanpa ada penambahan ilmu dan amal kebaikan. Orang yang sehat hatinya sangat tidak menyukai kegiatan dan permainan yang sia-sia, begitu juga dengan perkataan yang sia-sia seperti nyanyian dan hiburan yang berlebihan. Sampai-sampai hatinya pun ia jaga dari memikirkan sesuatu yang sia-sia apalagi menghayalkan kema’siatan.

Ketiga, Bersedih ketika lalai melakukan kebaikan. Orang yang sehat hatinya akan merasa sedih ketika ada kebaikan yang terlewat darinya. Ia menyadari bahwa Allah telah memberikan kepadanya ni’mat yang banyak dan menjanjikan syurga bagi orang-orang yang mau berbuat baik. Oleh karenanya ia akan senantiasa bertobat memohon ampun kepada Allah jika ada kebaikan yang luput darinya apalagi ada kesia-siaan yang terlanjur ia lakukan.

Keempat, Perhatian yang dalam kepada Allah. Hati yang sehat selalu memikirkan Allah dan selalu mencari hikmah dibalik setiap kejadian. Tidak ada yang diinginkan olehnya kecuali keridhoan Allah. Sebesar apapun keni’matan yang ia dapatkan namun jika Allah tidak ridho maka bersedihlah hatinya. Seakan tidak ada satupun yang dapat membuat hatinya tenang dan bahagia kecuali cinta Allah.

Kelima, shalat yang khusyu.
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya diantara kesenangan dunia kalian yang aku cintai adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan penyejuk mataku terletak di dalam shalat.” (HR. Ahmad). 
Orang yang hatinya bersih akan khusyu dalam shalatnya, segala kesedihan dan permasalahan hidup termasuk gemerlapnya dunia tidak akan mengganggu pikirannya ketika ia shalat. Berbeda dengan orang yang sakit hatinya, jangankan dalam keadaan bekerja, ketika shalatpun yang ada di pikirannya hanyalah dunia.

Keenam, fokus pada perbaikan diri. Yang biasa dilakukan oleh orang yang sehat hatinya adalah evaluasi diri, selalu berusaha memperbaiki amal perbuatan dan meluruskan niatnya setiap saat. Ia selalu berfikir, kebaikan apa lagi yang belum ia lakukan dan apakah amal perbuatan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Wallahu a’lam.
Share this post :

Posting Komentar