Info
|
Profil G+ Profil Facebook Profil twitter
Home » » Entrepreneurship ‘Pak Ogah’

Entrepreneurship ‘Pak Ogah’

Written By xxxxx on Rabu, 15 Mei 2013 | 13.19

Entrepreneurship ‘Pak Ogah’ [Indonesiaku Islam] - SUDAH lebih dari seperempat abad fenomena ‘Pak Ogah’ eksis di jalan-jalan yang tidak dijaga oleh Polisi. Tikungan sempit, u-turn, jalur sempit untuk satu mobil, jalan rusak dan sejenisnya menjadi pasar bagi jasa informal yang kemudian secara umum kita mengenalnya sebagai ‘Pak Ogah’ ini.

Sebagaimana ‘penjual jasa’ , mereka ada yang sukses dan ada pula yang tidak. Karena hampir setiap hari ketemu mereka ini di perjalanan dari dan ke rumah saya di Cibubur, saya bisa ‘mengamati’ siapa ‘Pak Ogah’ yang sukses dan siapa yang tidak – bagus untuk pembelajaran entrepreneurship bagi kita semua.

Jenis pertama adalah ‘Pak Ogah’ yang tidak sukses. Yang saya amati ini berada di jalan besar dua jalur dan masing-masing jalur bisa dilewati sampai empat mobil –jalan ini adalah Jalan Raya Alternatif Cibubur.

Di salah satu u-turn di depan komplek kami CitraGrand, hampir sepanjang waktu u-turn ini tidak dijaga polisi, kecuali pada saat bapak Presiden kita pulang atau pergi ke rumahnya di Cikeas – yang membuat semua u-turn sepanjang perjalanannya dijaga polisi.

Inilah nampaknya salah satu pasar yang sudah 'dikapling’ oleh sejumlah ‘Pak Ogah’ secara bergantian. Setiap ‘jam kerja’ masing-masing, umumnya ‘Pak Ogah’ yang bekerja di sini bekerja sendirian atau kalau berdua – masing-masing mengurusi satu jalur dengan tidak berkoordinasi satu sama lain.

Value Proposition 'Pak Ogah'

Mengapa saya kategorikan tidak sukses ‘Pak Ogah’ yang di sini? Lihat posisi yang diambil pada gambar. Dia selalu berdiri di kanan kita (pengemudi) – pas kita sedang memutar, mungkin maksudnya agar mudah menerima uang dari para pengemudi. Tetapi sangat sedikit pengemudi yang mau memberi uang ke ‘Pak Ogah’ yang mangkal di lokasi ini, mengapa?

Pengemudi akan cenderung menengok kekiri – melihat mobil-mobil dari arah yang berlawanan, sehingga keberadaan ‘pak Ogah’ di sisi kanannya tidak memberikan value bagi si pengemudi. Jadi meskipun potensi pasarnya besar – jalan ini sangat padat bahkan cenderung macet, ‘Pak Ogah’-nya kurang bisa menangkap peluang yang ada – karena dia salah mengambil posisi sehingga tidak bisa memberikan value proposition yang berarti bagi ‘pasar’-nya.
Perhatikan bandingannya dengan ‘Pak Ogah’ lain yang bekerja secara team di terowongan bawah tol – yang menjadi jalan belakang bagi komplek kami dan komplek-komplek lain di Cibubur. Terowongan ini hanya bisa dilalui oleh satu mobil, jadi harus bergantian dari masing-masing arah – lihat di gambar 2.

Ini menjadi pasar 24 jam bagi team ‘Pak Ogah’ yang setiap ‘jam kerja’-nya minimal bertugas dua orang – masing-masing menjagai ujung terowongan. Hampir setiap mobil yang lewat terowongan ini selalu memberi uang ke ‘Pak Ogah’ di salah satu ujung terowongannya.

Mengapa para pengemudi cenderung memberikan uang ke team ‘Pak Ogah’ yang ini ?, karena mereka berhasil memberikan value bagi para pengemudi yang harus mengantri di ujung terowongan masing-masing menunggu gilirannya lewat. Tanpa keberadaan ‘Pak Ogah’ di masing-masing ujung terowongan tersebut, pasti akan terjadi masalah ketika mobil-mobil dari arah yang berlawanan bertemu di dalam terowongan. Dengan adanya team yang bekerja dengan komunikasi isyarat yang baik dari masing-masing ujung, potensi masalah tersebut dapat dihindari di jam-jam sibuk sekalipun.

Bagi team ‘Pak Ogah’ yang bekerja di terowongan ini, pasar sebenarnya tidak terlalu besar karena ini hanyalah ‘jalan belakang’ bagi komplek-komplek yang ada di daerah tersebut. Tetapi pasar yang tidak terlalu besar ini berhasil diolahnya dengan value proposition yang memang benar-benar dibutuhkan oleh ‘pasar’-nya. Mereka nampaknya juga punya team yang baik dan lengkap dengan metode berkomunikasi, berbagi hasil, berbagi jam kerja dlsb.

Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari dua jenis ‘Pak Ogah’ ini – yaitu yang sukses dan yang tidak? Yang tidak sukses hanya melihat potensi pasar yang besar, tetapi tidak berhasil merumuskan value proposition yang dibutuhkan pasarnya. Dia juga tidak membangun team yang bisa merealisasikan value proposition tersebut.

Yang sukses dia tidak harus menggarap potensi pasar yang besar. Pasar yang kecil sekalipun – tetapi bila pasar ini bener-bener dilayani dengan fokus, dengan value proposition yang dapat dirasakan langsung oleh ‘pasar’nya – maka pasar yang kecil inipun bisa menghasilkan pendapatan yang besar. Yang sukses ini bekerja secara team yang efektif dalam berkomunikasi dan berbagi waktu serta hasil.

Di bisnis apapun yang (ingin) Anda terjuni, siapkan value proposition ini secara maksimal – yaitu apa yang Anda (akan) berikan ke pasar Anda yang lebih dari yang lain, yang bener-bener menjawab kebutuhan pasar atau bener-bener mengatasi problem yang mereka hadapi. Untuk merealisasikan value proposition inipun sangat bisa jadi Anda butuh team yang mampu berkomunikasi dan berbagi dengan baik. InsyaAllah Anda menjadi ‘Pak Ogah’ yang sukses dibidang Anda masing-masing. Amin.*
Share this post :

Posting Komentar